Tampilkan postingan dengan label shout me. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label shout me. Tampilkan semua postingan

Terbalik

Friend! Gue lagi baca sebuah buku tentang metode berpikir. Katanya, di jaman serba edan dan penuh kompetisi kayak gini yang dibutuhin adalah orang- orang yang berani berpikir terbalik. Maksudnya, bukan terbalik- balik lho. Tapi lebih pada mikirin sesuatu dengan cara yang berkebalikan sama yang dipikirin orang kebanyakan.
Misalnya orang lain nanya, kenapa musti gitu? Kita jawabnya, kenapa nggak? Atau sesimpelnya. Ketika orang sibuk mikirin rencana, kita justru mikirin resiko dari rencana itu.
Menurut gue, selain rencana- rencana yang indah dan muluk- muluk (kayak milih pakaian yang pas, nyari restoran yang oke, sampe nentuin baju yang oke dan kado yang paten), yang harus diperhitungkan adalah juga segala resiko yang bisa bikin semuanya bubar jalan.
Bukan maksudnya biar lo pesimis. Melainkan justru supaya kita bisa jadi lebih aware. Terhadap apa? Ya terhadap segala kemungkinan lah! Hari gini, nggak ada yang pasti sob! Dan kalo kita nggak siap- siap, ujung- ujungnya bisa kecewa. Nggak mau dong jadi kecewa? (Kid -oest News)

IT’S NOT EASY TO BE… HIM

Jujur, gue emang ngembat judul diatas dari lirik lagu Superman- nya Five For Fighting. Bukan gara- gara nggak kreatif. Tapi lantaran apa yang dibilang sama John Ondrasik lewat liriknya tuh bener adanya. Apalagi setelah- gue baca- baca lagi sejarah pahlawan berkolor merah itu.

Di komik, selalu ada aja yang menghambat laju terbang superman.

Contoh aja, sesakti apaun dia, tapi tetap aja tidurnya nggak tenang. Bukan lantaran tempat tidurnya dibeli dari uang haram kayak para koruptor itu. Melainkan karena rasa tanggung jawabnya yang kelewat gede pada keselamatan orang- orang yang dicintainya. Dia takut nggak mampu melindungi mereka. Itu yang bikin superman nggak bisa tidur tenang.

Begitu pun didunia nyata. Serial komiknya sempet mengalami masa- masa suram. Saat popularitasnya kelindas sama hero –hero lain yang jauh lebih tega dari mereka. Maklumlah biar pun sekuat baja, jagoan kita ini udah bersumpah nggak mau ngebunuh musuh- musuhnya. Sementara, hero lain cuek aja bunuh sana bunuh sini, dan itu justru yang disukai pembaca.

Segitu suramnya sikon saat itu. Sampe- sampe para kreatornya tega ngebunuh karakter bikinan mereka itu. Walau akhirnya dihidupkan lagi. Jalan yang ditempuh itu tetap aja bukan satu hal yang mudah.

Hal itu berlaku juga buat filmnya. Susaaah banget kayaknya nemu ramuan yang pas untuk kembali menerbangkan superman di layar lebar. Perlu sekian kali pecat memecat. Dan sekian kali revisi skrip ditambah 19 tahun menunggu. Baru deh dia nongol lagi.

See? It’s not easy to be him. Apalagi kita? (Kid –oest News)

Khayal

Gue bukan orang yang resik. Tapi gue juga bukan tergolong orang jorok. Standar lah. Kalo gue rasa butuh mandi, ya mandi lah. Gue pun nggak terlalu rewel kalo misalnya meja kamar gue berantakan penuh kertas sampe sekian lama, misalnya. (tapi kalo gue rasa semua udah bikin sepet mata, dan kebetulan lagi rajin, pastinya gue akan beberes).

Intinya, gue nggak termasuk orang yang sangat rewel akan kebersihan. Cuma, jujur aja, setiap kali gue liat Negara lain, gue selalu sirik sama kebersihan lingkungannya. Ya okelah. Bersihnya sih nggak kayak di rumah sakit. Tapi lebih bersih dari kebayakan kota disini.

Gue juga sirik ngeliat gimana pemerintah sana bisa nerapin aturan yang yang diterima dan dijalanin sama rakyatnya.

“kok disini nggak bisa ya?”

Itu selalu yang gue pikirin setiap kali keluar rumah.

Lebih lagi ketika tau bahwa semua kondisi itu dimulai dari pemikiran yang simple aja: lingkungan bersih, hidup sehat, semua senang. Gitu doang. Sebuah pemikiran yang sebenarnya nggak perlu orang sepintar Einstein yang mikirin.

Abis itu, biasanya gue mulai ngayal- ngayal nggak penting, ngebayangin Jakarta bisa sebersih dan sedisiplin kota di Negara lain. Nggak banjir kalo hujan, atau nggak sangat berdebu kalo panas. Nyaman banget tuh!

Terus, begitu nyadar kalo khayalannya kelewatan, baru deh ngeluh lagi. Apalagi saat keesokan hari setelah ini harus bergulat lagi sama keruwetan yang sama. Hadeuhh. Capek.. sampai kapan ya kita berkutat sama masalah yang sama ini? (Kid oest News)

Penting Banget Buat Lo Baca, Sob!!!

Terus terang, sebenarnya udah lama KID- OEST News tau, Paham, Kami maklum yang lo semua (pembaca) pada suka bete, nggak senang hati, ya kalo di istilahin sih lo kecewa gitu…

….kalo sebabnya sih bisa macem- macem….

Kadang –kadang kami salah nulis kata- kata postingan , salah nempelin foto atau salah ngetik kalimat dan melenceng dari sumbernya….

....ya kami sih FAIR aja deh. Mau dibilang apa juga kami tetap emang salah kok….

Atau bisa jadi lo semua pada Bete ngeliat Logo KID- OEST News yang warnanya merah terang, bikin mata lo sakit ngeliatnya lama- lama.

Ya mana ada sih, manusia yang nggak pernah salah??

Kalo lo semua salah, kami Maapin…. Tapi giliran kami yang salah, lo ngerti dong?? Pliss….

.…kami ngerti, bahkan ngerti banget. Lo pasti kecewa berat kan? Lo udah capek- capek kirim message ke alamat Email kami,

ehh artikel postingan yang lo request belum tampil di Blog kami ataupun lama banget keluarnya. Jelas lo pasti kecewa, tapi gimana lagi dong, kami memang terbatas.

Belum lagi semuanya yang jadi jutek soal “pilihan” mungkin bisa idola lo, tempat, atau kata- kata tips atau trik yang menyinggung lo dalam postingan yang kami bilang kacrut. JUJUR, itu Cuma beda persepsi aja, kok…. Nggak lebih!..

Boleh dong pendapat orang berbeda…

.… ada lagi yang kecewa berat gara- gara postingan kami berputar- putar di itu- itu aja (tips, trik atau info) memang itu kok basic blog ini dibuat,,…. Kecewanya Macem- macem memang….

Ya namanya juga Manusia ….

BISA,

bisa banget kami ngelakuin kesalahan- kesalahan begitu.

Udah deh ya, kami nggak mau manjang- manjangin kata- kata, capek kan….

Sekarang gini aja, mumpung sebentar lagi LEBARAN di depan mata,,

Kami dari KID- OEST News cuma mau ngucapin :

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1432 H.

MOHON MA’AF LAHIR DAN BATHIN.

Regard,

KID- OEST News
@andhikaaw 

Your are what you eat?

Jajan itu adalah pekerjaan yang menyenangkan. Terutama buat kita dan juga anak –anak sekolahan. Setiap kali bel istirahat berbunyi, otak kita langsung melayang ke kantin. Mikirin jajanan yang bakal kita makan diwaktu istirahat. Setiap bel istirahat berbunyi, yang langsung kepikiran adalah menentukan lokasi yang seru buat melepas lapar. Ya kan?

“enakan mana ya, makan somay dikantin depan atau malah makan nasi rames dikantin belakang? Makan bakso didepan atau makan ketoprak di pager belakang?” gitu kira- kira kata otak (perut?) kita.

Dan kita nggak sendirian. Diluar sana ada ribuan atau malah jutaan pelajar yang punya pikiran sama dengan kita saat tiba waktu istirahat.

Tapi sob, dulu muncul berita yang rada nyeremin. Buat kita penggemar jajan , konon ada beberapa juragan bakso yang mencampurkan boraks dalam adonan baksonya. Kononnya lagi, ada juga beberapa pedagang mie yang sibuk make formalin buat ngawetin mie bikinannya. Kabar ini jelas bikin beberapa kita ngeri berat. Takutnya, bahan –bahan itu ikut tercerna dalam tubuh.

Udah ah, nggak usah takut! Pemerintah kan udah mencanangkan gerakan makan mie bakso. Artinya, mereka berpendapat kalo nggak semua mie dan bakso mengandung boraks dan formalin. Meski urusan formalin ini mulai tertangani, kasus ini cukup berhasil membangkitkan sebuat pertannyaan besar zat- zat apa aja sih yang ada didalam jajanan- jajanan yang biasa kita telen?

Kalo kalian termasuk yang peduli banget sama kesehatan bodi, nah, control lah makanan kalian mulai dari sekarang biar makin sehat.
Pernah denger pepatah luar yang berbunyi : your are what you eat? Pepatah ini sama sekali nggak salah. Makanan. Makanan memang mencerminkan pribadi seseorang. Apa jadinya kita, kalo yang kita makan sehari- hari adalah sampah. Nggak banget, kan? Terus, tunggu apalagi?

Metamorphoself

Berubah itu asik.
Berubah itu seru!
Tapi, berubah itu nggak gampang. Dan nggak semua orang juga bisa nerima perubahan kita.

Temans, pernah nggak lo berpikir tentang orang –orang disekitar lo? Kenapa gw Tanya begitu? Soalnya dimanapun gw pergi, selalu aja gw temui cewek dan cowok yang bentuknya sama. Dari potongan rambut sampe gaya dandanan.

Waaa, apa yang sedang terjadi?!
Bukannya semua orang itu dilahirkan berbeda?
Punya cirri khas dan kelebihan masing –masing yang dibawa sejak lahir?
Kenapa juga jadi mesti sama?

Tapi nyatanya yang terlihat ya kayak gitu tadi. Orang- orang cenderung ogah buat menonjolkan keunikan dirinya! Banyak yang beralasan mungkin takut nggak “dianggap” oleh orang disekitarnya, karena tampil beda sendiri. Tapi nggak sedikit juga yang bilang, “gw bukannya takut. Cuma nggak tau kenapa, tiap ada sesuatu baru yang lagi trend, gw pasti langsung tergoda! Pengen aja sama kayak orang lain”.

Terserah, apapun alasannya, yang jelas ada satu hal yang terlupakan. Kita lupa sebenarnya jika kita berani tampil beda, jika kita berani melakukan sebuah revolusi, pasti aka nada sesuatu yang kita rasakan lebih dalam diri. Lebih percaya diri, lebih nyaman dengan apa adanya diri kita, juga lebih punya nyali buat melakukan inovasi- inovasi lain.

Nggak Cuma itu. Seseorang yang berani melakukan perubahan (seorang revolusioner) pasti bakal dilihat orang, dimanapun dia berada. Bukan dilihat dengan tatapan aneh, melainkan dilihat dengan tatapan kagum yang merefleksikan pertanyaan : “wah, kok bisa ya dia begitu?”. Kemudian perubahan- perubahan itu secara langsung atau nggak akan menjadi influence pada orang sekitar kita. Atau menurut gw minimal bisa jadi “pecut” untuk menggerakkan orang- orang buat berani melakukan revolusi pribadi.

Fuihhh…! Berat banget nih kedengerannya. Terlalu idealis, dan…. Apa iya revolusi kecil bisa ngasih efek segitu dahsyatnya? Sampe bisa ngerubah “dunia” segala?!

Jawabannya : kenapa Nggak?

Sebut aja tokoh revolusioner : STEVE JOBS. Cowok bernama lengkap STEVEN PAUL JOBS ini merupakan pencipta SISTEM KOMPUTER desktop pertama didunia, yang dikenal dengan merek APPLE. Bareng sobatnya, STEVE WOZNIAK, Jobs melakukan berbagai eksperimen di garasi rumahnya. Ide awal menciptakan computer desktop itu didapat Jobs saat di tahun 1974 video Atari dan sambungan telepon jarak jauh lagi Booming.
Jobs pun lalu berpikir untuk menggabungkan dua teknologi tadi dalam satu teknologi yang lebih canggih, tapi tetap simple.


Itu baru satu sosok revolusioner. Kalo mau dicari, selain mereka masih ada sederet nama lainnya. Seperti apa bentuk revolusi dan sosok- sosok revolusioner lain itu lakukan, wah….. panjang daftarnya, sob!

Ya, sebenarnya hal terpenting yang bisa kita dapetin dari revolusi yang udah mereka lakukan tuh bukan pada hasil akhirnya. Tapi lebih pada keberanian mereka buat mengekspresikan apa yang ada didalam pikiran dan perasaan mereka. Keberanian yang berujung pada keputusan untuk melakukan sesuatu yang lain, sesuatu yang berbeda, sesuatu yang orisinil!

Buat yang udah sempet kepikiran pengen melakukan perubahan- perubahan ditahun ini, just do it! Nggak perlu nunggu suntikan modal banyak, atau nunggu dukungan orang lain dulu. Cukup siapin niat dan nyali gede.

Owh, iya. Satu lagi nih. Nggak usah ngarep yang muluk- muluk dulu. Kayak ngarepin hasil revolusi kita nanti bakal dikenang dan ditiru banyak orang gitu. Steve Jobs. Juga waktu melakukan sebuah revolusi nggak mikir kesitu. Jalanin aja dulu! Cepet atau lambat, kita pasti akan mendapat “sesuatu”.

Menjadi seorang REVOLUSIONER Versi gw.
1. Jangan mau jadi Followers
Karena kalo sekali aja lo berpikir untuk jadi follower apalagi kloningan orang lain, dijamin nyali lo buat revolusi nggak bakal tumbuh!
2. Pastiin tujuan lo
3. Dengarkan kata hati!
4. Bikin Planning hidup yang detail.

Sekian catatan kecil gw buat lo semua (ditunggu juga Komentarnya, apa pendapat lo?), sebenarnya lebih tepatnya ini adalah “SHOUT OUT” gw. Semoga member hal yang positif buat sobat. Now it’s time for us to make a revolution! Yeah!! (Kid –oest News).

MEMORIES 2010

sadar atau nggak, tahun 2010 akan kita tinggalkan dengan kesedihan. Yap coba deh buka lagi koran di rumah menjelang pergantian tahun. Isinya pasti nggak jauh dari bencana.

Ada banjir yang membuat ratusan ribu penduduk terpaksa mengungsi. Lalu gempa bumi yang juga nggak sedikit membawa korban jiwa. Dan tentunya, gunung merapi yang belum lama ini meletus.

Ngerinya lagi, menurut berbagai sumber, kondisi seperti itu belum mau berakhir di tahun 2011 ini. Masih ada curah hujan yang konon akan semakin menggila khususnya di pulau jawa hingga awal februari besok. Dan itu artinya di daerah daerah tertentu wilayah itu, harus bersiap dengan ancaman banjir dan tanah longsor, yang bisa terjadi sewaktu- waktu.

Itu baru yang bisa terprediksi. Belum tau apa lagi yang akan terjadi nanti. Haduh. Nggak asik ya? Harus nya kan tahun baru, ada harapan baru. Ini kok sama - sama aja...

Well, semua itu nggak akan selesai kalo kita cuma ngeluh. Malah kalo ngeluh melulu bisa bikin tambah kesel. Mungkin tahun 2011 ini kita emang masih harus nyimpen harapan- harapan tinggi itu dulu. Prihatin sekaligus menghadapi semua yang terjadi dan bakalan terjadi nanti dengan tegar.

Inget, what's not kill you, only make you stronger..!! (Kid -oest News).

Percaya Nggak Percaya. GOODBYE 2010

Nggak terasa, kurang dari sehari lagi, kita bakal ngelepas 2010 dan menyambut tahun yang baru. Kalo udah masuk masa- masa pergantian tahun kayak gini biasanya kita jadi rada -rada gamang. "bakal kayak apa tahun depan?"


makanya yang namanya ramalan nasib, shio atau apapun namanya, jadi sangat laris. Soalnya, ya itu tadi. Kita- kita yang gamang ini butuh sedikit gambaran "sneak preview" sebagai pegangan buat melangkah, menapaki tahun yang baru.


Emang sih, urusan ramal-ramalan kayak gini tuh relatif. Ada yang percaya, ada juga yang nggak percaya. Bahkan ada yang pengen percaya tapi malu- malu. Nggak sedikit juga yang takut untuk percaya.


gw sendiri kebetulan termasuk orang yang sepakat sama filosofi "hidup itu seperti kotak cokelat" -nya Forest Gump (film favorit gw :D ). Bahwa apapun yang terjadi didalam hidup, itu adalah bumbu yang justru menambah kenikmatan hidup itu sendiri.


Tapi, gw nggak bakal nyalahin orang yang percaya mampus sama gitu- gituan. Selama masih dalam taraf wajar, tentunya. Kita kan nggak mungkin berharap semua orang sama dengan kita ya nggak?


Tabloid atau majalah yang hadir dengan rubrik shio -nya mungkin hanya untuk sekedar semangat. Buat yang percaya silahkan dicermati. Sementara buat yang nggak percaya, ya nggak ada salahnya juga dibaca. Demi pengetahuan tentunya (siapa tau suatu waktu nanti, lo suka sama seseorang yg percaya mampus sama ramalan shio? Lumayan buat bahan omongan!?).


Ya sudah. Silahkan dipikir lagi. Oh iya, Selamat Tahun Baru 2011, ya. Hopefully it'll be better year than the last! (Kid -oest News).

Generasi Anak Ayam

Anak ayam.
Itu sebutan seorang teman terhadap generasi sekarang ini. Generasi kita. Generasi saya dan kamu.

Penjelasannya?? Gampang aja. Anak ayam itu gampang banget digiring- giring. Dimana dilihatnya ada sesuatu yang menarik- makanan, misalnya -disanalah dia akan menuju. Nyebur got, atau nyusruk ke balik semak pun dilakukan hanya demi mendapatkan apa yang dianggapnya menarik itu.

Begitu pun ketika dia melihat teman- temannya berkumpul, disanalah dia akan berada. Nggak peduli itu ditengah jalan yang ramai kendaraan, atau dilapangan yang jauh dari mana- mana asal ada teman- temannya, si anak ayam itu akan merasa aman.

Cupu memang. Tapi begitulah sifat anak ayam. Secara nggak langsung, sifat kayak gitu itu yang diliat sama temen gw itu dari generasi kita.

Coba aja liat, katanya. Setiap ada satu hal yang baru, atau lagi trendy, berbondong-bondong kita mencobanya. Peduli setan hal itu cocok atau nggak sama diri atau kantong kita, yang penting coba aja dulu.

Hal ini juga berlaku pada keseragaman gaya yang terjadi di generasi kita. Suka atau nggak, kata temen gw, muka anak-anak jaman sekarang tuh mirip. Nggak ada yang unik, yang ngebedain mereka satu sama lain. Satu rambutnya bergaya mocit (mohawk citos), lainnya pun begitu. Satu pake converse, lainnya ngikut beli converse. Satu asik ber J-Style, lainnya pun langsung ikutan.

"makanya gw suka ngerasa lagi berada diantara klub orang-orang kembar, kalo lagi jalan ke mal pas weekend...," celoteh temen gw.

Ngedenger celotehnya dan segala teori penuh dendam itu, gw cuma bisa tersenyum. Rada pahit. Solnya gimanapun sinis kedengarannya, apa yg dibilang sama temen gw itu ada benernya juga.

Satu-satunya pembelaan gw- nggak sampe terucap sih, cuma berhenti dikerongkongan- adalah, semua yang terjadi ini adalah sebuah proses. Proses yang wajar dialami oleh anak-anak seumuran kita. Proses yang disebut orang pinter sebagai pencarian jati diri.

Nah, nongol juga satu kekhawatiran di benak gw. Iya kalo proses ini akan berhenti disatu titik, kalo nggak??
Males juga sob! Masa iya sih, seumur hidup bakal kita abisin buat mencari jati diri, diantara segala hal yang sifatnya cuma semata?

Sementara temen-temen seumuran kita dibelahan dunia lain udah sibuk memaknai hidup dan lingkungan mereka mereka, bisa-bisa kita masih sibuk ngurusin warna apa lagi yang mau kita semprotin kerambut kita. Konyol kan??

Okelah. Sekarang kita boleh jadi anak ayam. Tapi, please, jangan cuma puas jadi anak ayam kalo emang kita bisa jadi ayam jago.
Setuju sob? (Kid- oest News).

Go with the flow? No, thank you. Saya lebih suka bergulir menggelinding seperti batu.

Seorang temen gw, dulu pernah bilang kalo prinsip hidupnya itu seperti air. Mengalir aja dari hulu ke hilir. Dengan kata lain, dia pengen masalah yang timbul selama perjalanan menuju kehilir itu, bisa dihadapi dan diselesaikan dengan santai, tenang, dan nggak pusing- pusing.

Selain itu, seperti air, dia juga pengen selalu bisa adaptif sama lingkungan tempatnya berada. Tau sendiri kan, yang namanya air emang paling bisa. Dituang ke gelas, bentuknya ya kayak gelas, dimasukin ke balon, chubby lah dia kayak balon. Begitu pun kalo dibuang ke sungai atau laut. Nggak pake basa basi, dia langsung akrab sama lingkungan barunya. Asik.

Sekilas, nggak ada salah- salahnya prinsip si temen gw itu. Sebaliknya, buat kondisi sekarang ini prinsip seperti itu justru sangat- sangat menguntungkan. Iyalah, apa sih yang bisa kita dapet dari dunia ini kalo misalnya kita niat sama sebentuk idealism buta dan bersikap kaku terhadap lingkungan sekitar?

“loosen up!”
“nyantai ajalah… hidup udah susah. Nggak perlu dibawa susah!”
“go with the flow”

Dulu , gw sangat- sangat kagum sama prinsip hidup yang diobral- obral temen gw itu. Menarik dan bijak sekali, kedengarannya. Tapi, saat sekarang ini di inget-inget lagi, gw sendiri mikir apa bener kalo kita hidup selamanya harus ngalir?? Apa iya kita nggak bisa menetapkan jati diri kita yang sesungguhnya, atau berubah- ubah terus?

Bukankah disatu titik kita harus berhenti, dan lalu kalo bisa menancapkan tanda keberadaan kita? Tanda bahwa kita pernah hidup, dan menjadi berarti.

Udah begitu banyak contoh yang disajikan disekeliling kita. Begitu banyak penyimpangan yang terjadi selama ini yang diakibatkan sama ketidakmampuan kita menentukan posisi. Liat aja kasus lumpur Lapindo yang nggak kelar- kelar karena nggak ada sikap yang jelas. Juga soal ekspor Asap yang membuat tanah air tercinta ini diketawain sekaligus di caci sama Negara tetangga. Nggak ada sikap yang jelas dari pertama untuk menanggulangi masalahnya.

Hhmm, mungkin gw agak ngelantur dengan dua contoh itu. Tapi intinya, kalo aja ada seorang pengambil keputusan yang berani melawan arus (ya! Melawan. Bukan ngalir ikut arus!), dan berinisiatif untuk menyelesaikan kasus- kasus konyol tapi menyedihkan itu, mungkin jadinya nggak separah sampai sekarang ini.

Sama juga dengan beberapa kasus megakorupsi yang sempet booming. Atau soal kasus mafia pajak yang juga sempet heboh beberapa waktu lalu. Pengen aman dan nyaman, buat apa diributin adanya penggelapan, suap itu? Toh selalu ada jatah yang masuk kantong. Berhubung hal ini sudah menahun, apa yang harusnya penyimpangan, jadi satu hal yang wajar. Kayak sebuah iklan rokok bilang, jalan pintas dianggap pantas.

Dan, gw percaya betul bahwa semua itu bermula awalnya dari prinsip mengalir seperti air yang diterjemahkan secara SALAH oleh para oknum itu. Jujur, kalo udah begini, daripada go with the flow, gw mendingan bergulir menggelinding seperti batu ! (Kid- oest News).

Republik Bencana

Berasa nggak sih, negara kita ini perlahan-lahan namun pasti sedang berganti nama? Dari yang tadinya Republik Indonesia, jadi "Republik Bencana".

Hah, sungguh sebuah joke yang sangat nggak lucu.

Biarpun nggak lucu. Setidaknya itu menyiratkan satu kebenaran kalo republik kita ini lagi deket banget sama yang namanya bencana. Coba deh diitung -itung. Bencana model apa sih yang belum kejadian?? Laut, daratan, bahkan udara pun sempet mampir ke negeri yang dulu (katanya) makmur gemah ripah lohjinawi (artinya cari sendiri dikamus) ini.

Itu baru yang dateng dari alam.
Yang berawal dari ulah manusia, juga nggak keitung banyaknya. Kecelakaan demi kecelakaan terjadi. Darat, laut, udara. Udah kayak angkatan bersenjata. Bahkan hal yang seharusnya nggak berpotensi menimbulkan bencana, semacam konser musik pun sekarang bisa aj jadi ajang yg berujung pada bencana.

Jadi kayaknya bukan sekedar sensasi sesaat kalo gw mutusin untuk ngangkat urusan bencana sebagai "shout me" kali ini. Iyalah. Udah saatnya (bahkan rasanya udah telat) kita ngebuka mata, telinga dan sebagainya untuk waspada sama yang namanya bencana. Terlebih bencana yang merupakan reaksi alam terhadap eksploitasi kita, manusia.

Siap sob?. (Kid- oest News).

Dunia Tanpa Batas : Ketagihan sekaligus dapet duit

Pernah nggak lo ngerasa bosen sama alur kehidupan lo sehari- hari? Dari pagi sampe malam, dari malam sampe pagi. Dari senin sampe minggu, dari minggu sampe senin lagi.

Gw pernah. Sering, malah. Capek. Bosen. Pengen pergi, atau ngilang aja sekalian. (sayang aja gw bukan David copperfield dan sejenisnya, yang bisa ngilang seenaknya!).

Kalo udah gini, satu-satunya pelarian gw adalah hobi. Nonton, nge-blog, baca majalah atau sekedar mencari inspirasi baru ditemani secangkir kopi panas, cukuplah. Kalo pun nggak cukup juga, kadang jalan-jalan keluar, juga kerap jadi pilihan. Itu buat gw. Buat beberapa temen gw lainnya, pilihan pelariannya bertambah. Ada yang namanya game disitu. Bagi mereka, mainin game itu udah merupakan pilihan yang komplet.

Kita bisa nikmatin musik, nonton, sekaligus jalan jalan. Lebih dari itu, kita bisa berlaku jadi penentu nasib banyak orang. Gitu kata mereka. Ada benernya juga sih. Apalagi kalo ngeliat perkembangan sekaran. Dimana para pengembang game makin serius dan gila gilaan ngembangin produk mereka.

Gambar, musik, sampe jalan cerita semuanya dibuat serealistis mungkin. Sehingga kita nggak bisa lagi beranjak dari depan TV atau komputer demi mendapatkan semua yang kita inginin. Termasuk duit. (nggak percaya? Tadinya gw juga gitu, sebelum ngeliat sendiri kelakuan para gamers jaringan yg bisa dapet "gaji" dari permainan itu!)

dengan segala perkembangan yg sekarang lagi dan akan terus terjadi bukan nggak mungkin nantinya gaming jadi pilihan profesi. Nggak lagi jadi pelarian kayak sekarang. Ya nggak?? (kid- oest News).

Zig – Zag Penuh Nekat di Jakarta

Lalu lintas di Jakarta tuh, makin ruwet aja akhir- akhir ini. Perhatiin deh menjelang kita mau masuk kuliah, sekolah, atau sore hari pas orang- orang kantor bubaran pulang. Ampun. Jalan berjalur tiga bisa jadi lima jalur. Semua penuh mobil. Terus disela- sela mobil, yang naik motor mempertunjukan kemahirannya. Selap- selip, zig- zag. Mending kalo pelan.
Yang naik mobil jadi panas. Khawatir mobilnya bakal di serempet motor, atau mobil lain, mereka ngerapetin jarak antar kendaraan.

Saat lampu pengatur lalu lintas menyala merah, rombongan sepeda motor nyebar kemana- mana. Jangankan sama mobil, antar pengendara sepeda motor pun saling bersaing. Pengendara motor nekat- nekat. Biar dikata peluang buat nyalip dari kiri udah nggak ada, mereka masih berusaha untuk nyelip. Mending Cuma satu motor. Yang mau motong jalur berbondong- bonding. Hasilnya, saling serobot dilampu merah pun nggak bisa dihindarkan. Dan bagaikan pembalap MotoGP, begitu lampu menyala hijau semua gaspol dari garis start.

Jalan dikota – kota besar kayak Jakarta, Bekasi, Bandung, Surabaya emang jadi mirip sirkuit. Semua orang jadi seperti berebut kencang. Mungkin orang bule berpikiran dan kagum sama hal seperti ini. “orang Indonesia tuh kayaknya menghargai waktu banget ya. Semua nggak pengen datang telat. Hebat!!”

Hhehe, belum tau dia bahwa banyak anak- anak yang begitu sampe disekolah langsung tertarik ngobrol daripada masuk kelas. Dia juga belum tau banyak juga orang kantoran yang begitu sampe di tempat kerja Cuma baca Koran, minum kopi, atau nongkrong sambil ketawa- ketiwi.

Time is money? Terbukti banyak yang nggak.

Tetapi kenapa kita jadi ganas banget di jalanan ya? Kenapa kita kesannya anti banget sama yang namanya tertib teratur. Kenapa kita cepat panas saat ngantri tiket?
Kalo dipikir- pikir, kayaknya kondisi temen kita dikota- kota kecil kayaknya lebih nyaman ya?. Tapi bisa nggak kita mengubah itu semua??

Bisa kok. Begini, abaikan orang –orang yang udah terlanjur begitu. Ayo kita bikin perubahan. Kita berusaha untuk jadi orang yang lebih tertib dan menghargai orang lain. Kita mulai aja dari diri kita sendiri. Dan mulai sekarang juga. Sob! (Kid- oest News).

'Always take a trip to the bright side'

Yakin tidak? Hampir seluruh kepala di Bumi ini pernah ngerasa khawatir. Penyebabnya macem- macem. Dari yang tingkat tinggi, sedang, sampai yang rendah. Yang jelas efek yang dihasilkan sama saja : ragu- ragu karena ketidak pastian, kebingungan, sampai kalo sudah kronis, nih- kekhawatiran itu bisa jadi paranoia.

Disatu sisi kekhawatiran itu memang perlu. Sebab dengan itu kita bisa jadi waspada. Yang nggak asik adalah kalo akhirnya kita justru terpaku sama kekhawatiran tersebut. daripada memikirkan apa yang harus dilakukan untuk menghindari yang di khawatirkan tadi. Soalnya kita jadi jalan di tempat. Nggak kemana- mana. Sementara perlahan tapi pasti pikiran kita digerogoti sama kekhawatiran itu sendiri. Sehingga kita nggak bisa ngapa- ngapain lagi. males kan?

Salah satu cara yang paling ampuh buat menghindari kekhawatiran yang berlebihan itu nggak lain adalah berfikir positif. Kalo kata orang bule, always take a trip to the bright side. Dengan begitu, kita tetap bisa waspada tanpa harus merasakan khawatir, apalagi ketakutan yang berlebihan.

Gimana?? Jadi kita jalan- jalan ke sisi yang lebih terang?? (Kid- oest News).

Critical

Menilai, apalagi mengkritik, buat sebagian orang adalah pekerjaan paling menyenangkan. Soalnya, menurut mereka itu adalah hal paling mudah. Tanpa tenaga. Tinggal liat, baca atau periksa, dengar, lalu cari saja bagian yang paling jelek. Dari situ jadi deh sumber penilaian atau kritikan.

Padahal sebenarnya sungguh nggak segitu mudahnya. Dalam penilaian yang kemudian menjadi bahan kritikan ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Paling mudah adalah tentunya, kredibilitas si penilai atau pengkritik sendiri. Iyalah, gimana ceritanya seorang boleh atau bisa menilai juga mengkritik kalo dia nggak menguasai apa yang bakalan dinilai.

Bukan maksud kami bikin kalian bingung dengan shout me kali ini. Pasalnya, belakangan ini banyak benar pihak yang mengklaim diri sebagai kritikus tanpa latar yang jelas. Menilai lalu mengkritik apa saja, mulai film, music, olahraga, sampai politik, dan lalu berpendapat bahwa opininya sebagai yang paling benar. Hasilnya, ya kita sebagai pembaca, pendengar, atau penonton, malah jadi bingung dan bertanya- Tanya sendiri.

Dari situlah, shout me edisi ini di gagas. Biar penilaian tentang siapa yang terbaik nggak kacau. Fair dan nggak ketinggalan. Karena yang jadi penilai disini sesungguhnya adalah pembaca tentunya. Bukan si-entah-siapa- yang nggak jelas asalnya- tapi sok tau itu. Begitu. (Kid_ oest News).

Merah Darahku, Putih Tulangku!

Kalian lahir di mana?
Di Indonesia!
Kalian Besar di mana?
Di Indonesia!
Kalian Tinggal di mana?
Di Indonesia!
Kalian orang mana?
ORANG INDONESIA!

Waaa, nggak terasa sudah melewati hari “jadi” Indonesia. tanggal 17 agustus Kemarin Indonesia genap berusia 65 tahun, Bendera Merah Putih ramai di kibarkan dimana- mana.
Apa yang terpikirkan kalau kita sedang berada pada saat- saat seperti ini? Apakah ditengah semua kesibukan tersebut, di hati kita memang masih muncul rasa gembira luar biasa menyambut Ultah tanah air tercinta? Atau, upacara akbar bulan agustus kemarin Cuma sekedar seremonial tanpa arti buat kita, atau mungkin karena rasa nasionalisme kita yang makin hilang??
Upss, Jangaaaan dong…! Jangan biarkan rasa nasionalisme kita hilang, Sob!. Karena diseluruh permukaan bumi, Indonesia Cuma satu. Dan, Indonesia Cuma milik kita!

Terus, agar rasa nasionalisme kita nggak akan pernah hilang, gimana kalo sekarang kita bangkitkan lagi rasa nasionalisme itu?? Setuju??

Hhmm, begini, Indonesia kan terkenal mempunyai beragam jenis kebudayaan dan banyaknya bahasa daerah. Jumlahnya mungkin ratusan. Tapi dengan adanya semua itu, kita Cuma mempunyai satu bahasa pokok yang Nasional, “Bahasa Indonesia”. masyarakat Indonesia yang tinggal dari sabang sampai merauke pasti kenal betul dengan Bahasa Indonesia.
Terus, peran Bahasa Indonesia sendiri sampai sekarang penting nggak??
Yups, Sob! Kalau kalian bertanya begitu, saya jawab : Pastilah penting banget sampai sekarang. Belajarlah bahasa Indonesia dengan benar. kenapa begitu? Karena dengan satu hal itu saja kita dapat berkomunikasi dengan seluruh masyarakat Republik Indonesia dari ujung sabang sampai merauke tanpa adanya hambatan dalam komunikasi. Hal ini juga yang menjadi salah satu pelopor bagaimana cara membangkitkan rasa nasionalisme kita.

Sedikit cerita, beberapa tahun belakangan ini kita sering mendengar banyak banget berita negative tentang negeri ini. Entah itu soal pelecehan HAM, soal korupsi gila- gilaan yang dilakukan sama pejabat Negara dan masih banyak lagi berita jelek lain yang nggak enak didengar kuping.
Sempat juga hati bertanya- tanya, apalagi yang bisa dibanggain sama kita, anak- anak Indonesia. mulai deh pikiran saya menerawang. Mencari- cari, hal yang masih bisa dibanggain sama anak- anak Indonesia.

Dulu, waktu belajar PPKN dan Bahasa Indonesia, selalu ditanamin kalau kita adalah bangsa yang ramah, sopan santun dalam perkataan. Yang murah senyum dan tidak suka ribut. Mengaku juga kalau kita adalah bangsa yang bisa rukun, saling menghormati dalam bermasyarakat.
Tapi, baru- baru ini, ada kabar nggak sedap datang dari Kalimantan Timur di Tarakan tepatnya. ada keributan masyarakat disana penyebabnya sih karena berbeda paham saja. Wahh, kalo begini, apa yang diajarkan guru PPKN dan Bahasa Indonesia kita dulu sudah berubah. Tanpa disadari, kita malah jadi bangsa yang suka ribut sendiri. Malu- maluin, sob!

Sempet berfikir juga, apa benar udah nggak ada lagi nilai- nilai mulia dalam bangsa ini??
Lagi sibuk mikirin jawaban pertanyaan ini, tiba –tiba terlintas memoriam 4 tahun yang lalu. Dikota Yogya sana (flashback sedikit), gempa 5,9 skala Righter meluluh lantahkan beberapa desa. Ribuan bangunan hancur. Ribuan orang tewas jadi korban. Berita ini membuat hati tergerak untuk membantu saudara kita yang kesusahan disana. Ternyata, selain saya, banyak banget teman- teman kita yang berfikir sama. Dari seluruh penjuru tanah air, bahkan mereka ada juga yang langsung terbang ke Yogya untuk memberi bantuan. Entah berupa uang, obat- obatan atau menyumbang tenaga.

Jujur, hati gw terketuk, sob! Ternyata, sejelek- jeleknya sifat orang disini, masih banyak yang punya hati. Mau berkorban waktu dan tenaga untuk menolong saudara- saudaranya yang kesusahan. Ada juga yang rela berpanas- panasan di tengah jalan demi ngumpulin dana sekedarnya buat saudara- saudara kita di Yogya. Mereka Cuma punya satu tujuan : mengumpulkan dana buat membangun kembali Kota Yogyakarta tercinta.
Diluar sana, masih banyak banget rekan –rekan yang punya niat semulia mereka, bahkan lebih. Artinya, masih banyak orang Indonesia yang punya hati dan mau berkorban demi kesejahteraan saudaranya yang sedang terpuruk dalam penderitaan. Dan saat –saat seperti ini nggak terasa jiwa Nasionalisme kita bangkit lagi.

Hmm! Kalo begini caranya, sampai kapan pun gw akan selalu bangga jadi orang Indonesia. (Kid-oest News).

Jangan Takut Bermimpi

Dulu nih!, manusia bisa terbang Cuma mitos. Kita pernah dengar soal mitologi Icarus. Manusia yang berhasil terbang tapi akhirnya jatuh karena sayap- sayapnya meleleh saat mendekati matahari. Tapi sejak Wright bersaudara membuktikan bahwa manusia bisa terbang (*dengan pesawat terbang) mitos manusia terbang itu pupus.

Manusia mendarat di bulan, dulu juga impian. Impian atau khayalan itu menjadi sebuah dongeng klasik yang asik, yang Cuma bisa terjadi dalam novel karya Jules Verne (*penulis Novel). Tapi ketika Neil Amstrong menjejakkan kaki di Bulan pada tanggal 20 Juli 1969, kita percaya bahwa apa yang diangan- angankan Jules Verne bukan sesuatu yang mustahil.


Segala macam benda atau teknologi yang kita jumpai hari ini, dulunya juga Cuma mimpi. Tapi kalo mau baca sejarah, ternyata helikopter, tank, kapal selam, sudah ada dalam sketsa yang di gambar oleh seorang Leonardo Da Vinci (15 april 1452 – 2 mei 1519). Bayangin, lebih dari 500 tahun lalu! Terus apa khayalan kita hari ini??

Apapun, menurut gw, nggak ada yang mustahil. Mungkin banyak yang ngetawain, dan menganggap impian kita Cuma isapan jempol. Tapi percayalah, sejarah nunjukin bahwa para penemu hebat awalnya ngalamin hal serupa.

Yang membuat mereka hebat ternyata bukan Cuma mimpinya, tapi usaha untuk mewujudkan apa yang selama itu dianggap nggak mungkin. Biarpun pelan, dan dimulai dari hal kecil, mereka akhirnya bisa sampai ketujuan akhir (*pembuktian).

Dalam sejarah orang- orang hebat (*penemu disegala bidang) menunjukan beberapa gejala. Pertama, mereka yakin sama konsepnya, berani memulai, dan nggak takut di- cap sebagai orang yang menentang arus. Mereka juga bersifat konsisten abis.

Ini modal lain yang cukup berarti. Karena kalo nggak berani, mereka pasti nyerah tergilas sama arus besar yang menghadang. Kita bisa juga kayak mereka. Dan itu bisa kita mulai dari sekarang ini. (Kid- oest News).

Mesin Waktu

Kalo misalnya (misalnya nih!) ada mesin waktu, ke jaman manakah lo akan pergi???

Itu adalah pertanyaan yang buat gw sedikit susah dijawab. Soalnya, hampir tiap jaman, punya ciri khas yang menarik buat diliat, dialami, dan dirasain.

Jangankan jaman- jaman yang punya kenangan tersendiri buat gw. Jaman lainnya pun kalo emang tuh mesin beneran ada , pengen gw datangin.

Kayak jaman raja- raja Saxon (jaman Inggris dulu) masih berkuasa. Pengen banget tuh gw ngeliat dan ngerasain sendiri perlombaan manah ala Robin Hood.

Atau pergi ke jamannya Leonardo Da Vinci. Biar bisa nanya langsung sama dia, bener nggak tuh teorinya Dan brown tentang kode- kodenya. Siapa tau gw bisa nyobain helicopter rancangannya. Atau mungkin malah jadi model buat salah satu lukisannya.

Gw juga tertarik pengen pergi ke tahun 1964, waktu The Beatles pertama kali ke Amerika, dan memelopori British Invasion. Pengen banget gw nanya sama mendiang John Lennon, atau George Harisson. Dari mana sih mereka ngedapetin ide buat bikin lagu yang sampe sekarang masih tetap enak didenger sama semua orang??

Dan untuk negeri sendiri, gw pengen pergi ke jaman kemerdekaan. Soalnya, buat gw, itulah satu- satunya masa dimana seluruh bangsa ini, dari sabang sampai merauke pada kompak berat. Nggak ngebeda- bedain suku, agama, atau ras. Dan semuanya dengan bangga ngaku kalo mereka adalah bangsa Indonesia. jelas itu lebih seru dari sekarang ini, ya nggak??

Ah, sudahlah. Itu kan gw. Kalo lo, mau pergi ke jaman apa Sob!!?? (Kid- oest News).


Golongan G.A

Sob! Curhat dikit, boleh??
Begini. Gw baru aja kontak- kontakan lagi sama eks gebetan gw semasa Sekolah dulu. Udah sekian lama hilang kontak, lewat satu kebetulan dan kecanggihan dunia teknologi di jejaring sosial, akhirnya nyambung lagi.

Seneng?? Pastinya. Soalnya, dia itu masuk golongan G.A alias Gebetan Abadi (#halah!. Singkatan nggak penting!). Hhmm, kelar bernostalgia lalalalilili, dia melontarkan pertanyaan yang ketebak namun masih aja cukup bikin terkejut. Yaitu.

“kenapa kamu (ya! Kamu!) dulu nggak nembak aku sih??”

Hokk! Gitu rasanya. Belum sempet menjawab gara- gara gelagapan, eh dia bikin gw tambah gelagapan. Dengan mengungkapkan ke gw sejumlah fakta dan alasan kenapa seharusnya waktu itu gw harus nembak dia.

“padahal aku tuh udah ngasih sinyal- sinyal yang obvious (#jelas) plus ngarep gitu! Eh kamunya malah lempeng. Ya udah. Aku jadian deh sama si “X”. abis, dia doang yang berani nembak….!”

Hokk! Hokkk! Blegg!,, Ibarat seorang petinju, gw udah berasa di combo, dan nggak bisa bales sama sekali. KO. Dalam hitungan kesepuluh setengah, sob!

Sob! Sumpah. Nggak enak banget rasanya jadi gw saat itu. Okelah. Ceritanya udah lewat. Bukunya juga udah ditutup, dan disimpen jauh di loteng paling atas. Tapi, ternyata rasa penasaran itu nggak bisa hilang.
Tetap sampe sekarang.

Jadi, kalo boleh gw pesen, jangan deh jadi bodoh kayak gw. Jika lo menyukai seseorang, ajak pergi dan katakan padanya. Apapun hasilnya. Kita nggak bakal tau kalo nggak di coba kan? Belum pede juga? (#langsung aja liat tips dan trik nya di Blog ini).

terus, lanjutan cerita gw sama si dia?? rahasia! Hhehehe.. yang jelas, gw nggak mau bodoh lagi. (Kid- oest News)

Heroes

“we could be heroes for just one day…”
(Heroes - David Bowie)

Lagu itu sempat dipopurerin lagi sama The Wallflowers dan dijadiin Soundtrack film Godzilla, beberapa tahun silam. Keren sih. Ya liriknya, ya musiknya. Nggak berlebihan gitu isinya. Semua orang bisa aja jadi pahlawan.

Pertanyaannya sekarang adalah : apa sih sebenarnya pahlawan itu?? Siapa yang layak menyandang predikat pahlawan??

Kalo merujuk ke kamus bahasa Indonesia, pahlawan punya beberapa makna. Pahlawan misalnya, yang berarti pejuang yang gagah berani atau orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbananya dalam membela kebenaran.

Jadi intinya seorang pahlawan nggak pernah takut menentang segala bentuk kesalahan. Kalo ngeliat ada yang nggak benar, dia akan segera mengkoreksinya. Dia juga bersedia menerima resiko atas perbuatannya itu.

Dulu misalnya, sebuah stasiun televisi menceritakan sebuah cerita tentang seorang ibu- ibu yang tiap pagi buta menyapu dijalanan disekitar tempat tinggalnya. Tanpa ada yang nyuruh, tanpa ada yang mengupahi, si ibu membersihkan sampah –sampah yang berserakan disepanjang jalan. Dia mengaku risih kalo jalan tempat tinggalnya kotor.

Kita mungkin juga pernah dengar cerita gimana seorang teman berusaha menghentikan kebiasaan sobatnya yang sering nyimeng. Sebagai resiko, ia akhirnya malah dimusuhi sobatnya sendiri karena dianggap ikut campur. Tapi dia mau menempuh resiko itu.

Itu Cuma contoh kecil , yang bisa nunjukin bahwa dalam diri kita masing- masing ada yang namanya sifat kepahlawanan. Dan untuk itu kita nggak perlu pake baju tentara dan mengangkat senjata di medan perang. (Kid- oest News).