MEMORIES 2010

sadar atau nggak, tahun 2010 akan kita tinggalkan dengan kesedihan. Yap coba deh buka lagi koran di rumah menjelang pergantian tahun. Isinya pasti nggak jauh dari bencana.

Ada banjir yang membuat ratusan ribu penduduk terpaksa mengungsi. Lalu gempa bumi yang juga nggak sedikit membawa korban jiwa. Dan tentunya, gunung merapi yang belum lama ini meletus.

Ngerinya lagi, menurut berbagai sumber, kondisi seperti itu belum mau berakhir di tahun 2011 ini. Masih ada curah hujan yang konon akan semakin menggila khususnya di pulau jawa hingga awal februari besok. Dan itu artinya di daerah daerah tertentu wilayah itu, harus bersiap dengan ancaman banjir dan tanah longsor, yang bisa terjadi sewaktu- waktu.

Itu baru yang bisa terprediksi. Belum tau apa lagi yang akan terjadi nanti. Haduh. Nggak asik ya? Harus nya kan tahun baru, ada harapan baru. Ini kok sama - sama aja...

Well, semua itu nggak akan selesai kalo kita cuma ngeluh. Malah kalo ngeluh melulu bisa bikin tambah kesel. Mungkin tahun 2011 ini kita emang masih harus nyimpen harapan- harapan tinggi itu dulu. Prihatin sekaligus menghadapi semua yang terjadi dan bakalan terjadi nanti dengan tegar.

Inget, what's not kill you, only make you stronger..!! (Kid -oest News).

Percaya Nggak Percaya. GOODBYE 2010

Nggak terasa, kurang dari sehari lagi, kita bakal ngelepas 2010 dan menyambut tahun yang baru. Kalo udah masuk masa- masa pergantian tahun kayak gini biasanya kita jadi rada -rada gamang. "bakal kayak apa tahun depan?"


makanya yang namanya ramalan nasib, shio atau apapun namanya, jadi sangat laris. Soalnya, ya itu tadi. Kita- kita yang gamang ini butuh sedikit gambaran "sneak preview" sebagai pegangan buat melangkah, menapaki tahun yang baru.


Emang sih, urusan ramal-ramalan kayak gini tuh relatif. Ada yang percaya, ada juga yang nggak percaya. Bahkan ada yang pengen percaya tapi malu- malu. Nggak sedikit juga yang takut untuk percaya.


gw sendiri kebetulan termasuk orang yang sepakat sama filosofi "hidup itu seperti kotak cokelat" -nya Forest Gump (film favorit gw :D ). Bahwa apapun yang terjadi didalam hidup, itu adalah bumbu yang justru menambah kenikmatan hidup itu sendiri.


Tapi, gw nggak bakal nyalahin orang yang percaya mampus sama gitu- gituan. Selama masih dalam taraf wajar, tentunya. Kita kan nggak mungkin berharap semua orang sama dengan kita ya nggak?


Tabloid atau majalah yang hadir dengan rubrik shio -nya mungkin hanya untuk sekedar semangat. Buat yang percaya silahkan dicermati. Sementara buat yang nggak percaya, ya nggak ada salahnya juga dibaca. Demi pengetahuan tentunya (siapa tau suatu waktu nanti, lo suka sama seseorang yg percaya mampus sama ramalan shio? Lumayan buat bahan omongan!?).


Ya sudah. Silahkan dipikir lagi. Oh iya, Selamat Tahun Baru 2011, ya. Hopefully it'll be better year than the last! (Kid -oest News).

Seven Segment Display (SSD)

Dasar Teori

Seven segment (7-segments) adalah sebuah komponen untuk menampilkan bilangan 0 sampai 9 yang banyak digunakan pada aplikasi yang memerlukan tampilan angka. 7-segments pada dasarnya adalah LED (Light Emitting Diode), yaitu diode yang dapat mengeluarkan cahaya bila diberi tegangan pada pin-nya. Gambar di disamping ini memperlihatkan gambaran tentang 7-segment yang masing-masing segment diberi notasi mulai dari a, b, c, d, e, f, dan g.

LED tersebut terdiri dari 7 buah yang dihubungkan satu dengan lainnya. Cara menghubungkan pin pada seven segments ada 2 (dua) mode, yaitu Common Anode dan Common Katode. Common Anode adalah LED pada 7 segment semua pin anode-nya dihubungkan menjadi satu, sedangkan pin katoda dihubungkan ke port-port pada mikrokontroller. Common anode digunakan untuk rangkaian yang memerlukan aktif rendah (active low). Common katode adalah semua pin katoda pada 7 segments disatukan, sedangkan pin anoda dihubungkan ke port-port pada mikokontroller. Common katoda digunakan pada rangkaian yang memerlukan aktif tinggi (active high).

 Program 7 Segment yang berkaitan tentang VHDL dan FPGA   

library IEEE;
use IEEE.STD_LOGIC_1164.ALL;

entity sevseg is
 Port (
  clk  : in  std_logic; 
rst  : in  std_logic;      
  val  : in  std_logic_vector (15 downto 0); 
seg0 : in  std_logic_vector (3 downto 0); 
seg1 : in  std_logic_vector (3 downto 0);
seg2 : in  std_logic_vector (3 downto 0); 
seg3 : in  std_logic_vector (3 downto 0);
in  std_logic_vector (3 downto 0); 
wendp : in  std_logic_vector 
wenseg  : in  std_logic_vector (3 downto 0); 
useseg : in  std_logic; 
anout : out std_logic_vector (3 downto 0);
ctout : out std_logic_vector (7 downto 0)); 
end sevseg;

Logikanya adalah :
Untuk
 memasukkan titik desimal, mengatur atau menghapus nilai terkait dalam 
dp dan kemudian menggunakan topeng wendp yang memungkinkan untuk 
melakukan tindakan. For example if you set dp <= “1101″ and wendp
 <= “1110″, the module will turn the decimal points on for the two 
most significant digits and turn the decimal point off for the third 
most significant digit, but it won't change the least significant 
because wendp(0) is 0. Sebagai contoh jika Anda menetapkan dp 
<= "1101" dan 
selama dua digit paling signifikan dan putar titik desimal off untuk 
digit ketiga yang paling signifikan, tapi menang ' t perubahan paling 
signifikan karena wendp (0) adalah 0. 

Generasi Anak Ayam

Anak ayam.
Itu sebutan seorang teman terhadap generasi sekarang ini. Generasi kita. Generasi saya dan kamu.

Penjelasannya?? Gampang aja. Anak ayam itu gampang banget digiring- giring. Dimana dilihatnya ada sesuatu yang menarik- makanan, misalnya -disanalah dia akan menuju. Nyebur got, atau nyusruk ke balik semak pun dilakukan hanya demi mendapatkan apa yang dianggapnya menarik itu.

Begitu pun ketika dia melihat teman- temannya berkumpul, disanalah dia akan berada. Nggak peduli itu ditengah jalan yang ramai kendaraan, atau dilapangan yang jauh dari mana- mana asal ada teman- temannya, si anak ayam itu akan merasa aman.

Cupu memang. Tapi begitulah sifat anak ayam. Secara nggak langsung, sifat kayak gitu itu yang diliat sama temen gw itu dari generasi kita.

Coba aja liat, katanya. Setiap ada satu hal yang baru, atau lagi trendy, berbondong-bondong kita mencobanya. Peduli setan hal itu cocok atau nggak sama diri atau kantong kita, yang penting coba aja dulu.

Hal ini juga berlaku pada keseragaman gaya yang terjadi di generasi kita. Suka atau nggak, kata temen gw, muka anak-anak jaman sekarang tuh mirip. Nggak ada yang unik, yang ngebedain mereka satu sama lain. Satu rambutnya bergaya mocit (mohawk citos), lainnya pun begitu. Satu pake converse, lainnya ngikut beli converse. Satu asik ber J-Style, lainnya pun langsung ikutan.

"makanya gw suka ngerasa lagi berada diantara klub orang-orang kembar, kalo lagi jalan ke mal pas weekend...," celoteh temen gw.

Ngedenger celotehnya dan segala teori penuh dendam itu, gw cuma bisa tersenyum. Rada pahit. Solnya gimanapun sinis kedengarannya, apa yg dibilang sama temen gw itu ada benernya juga.

Satu-satunya pembelaan gw- nggak sampe terucap sih, cuma berhenti dikerongkongan- adalah, semua yang terjadi ini adalah sebuah proses. Proses yang wajar dialami oleh anak-anak seumuran kita. Proses yang disebut orang pinter sebagai pencarian jati diri.

Nah, nongol juga satu kekhawatiran di benak gw. Iya kalo proses ini akan berhenti disatu titik, kalo nggak??
Males juga sob! Masa iya sih, seumur hidup bakal kita abisin buat mencari jati diri, diantara segala hal yang sifatnya cuma semata?

Sementara temen-temen seumuran kita dibelahan dunia lain udah sibuk memaknai hidup dan lingkungan mereka mereka, bisa-bisa kita masih sibuk ngurusin warna apa lagi yang mau kita semprotin kerambut kita. Konyol kan??

Okelah. Sekarang kita boleh jadi anak ayam. Tapi, please, jangan cuma puas jadi anak ayam kalo emang kita bisa jadi ayam jago.
Setuju sob? (Kid- oest News).

Go with the flow? No, thank you. Saya lebih suka bergulir menggelinding seperti batu.

Seorang temen gw, dulu pernah bilang kalo prinsip hidupnya itu seperti air. Mengalir aja dari hulu ke hilir. Dengan kata lain, dia pengen masalah yang timbul selama perjalanan menuju kehilir itu, bisa dihadapi dan diselesaikan dengan santai, tenang, dan nggak pusing- pusing.

Selain itu, seperti air, dia juga pengen selalu bisa adaptif sama lingkungan tempatnya berada. Tau sendiri kan, yang namanya air emang paling bisa. Dituang ke gelas, bentuknya ya kayak gelas, dimasukin ke balon, chubby lah dia kayak balon. Begitu pun kalo dibuang ke sungai atau laut. Nggak pake basa basi, dia langsung akrab sama lingkungan barunya. Asik.

Sekilas, nggak ada salah- salahnya prinsip si temen gw itu. Sebaliknya, buat kondisi sekarang ini prinsip seperti itu justru sangat- sangat menguntungkan. Iyalah, apa sih yang bisa kita dapet dari dunia ini kalo misalnya kita niat sama sebentuk idealism buta dan bersikap kaku terhadap lingkungan sekitar?

“loosen up!”
“nyantai ajalah… hidup udah susah. Nggak perlu dibawa susah!”
“go with the flow”

Dulu , gw sangat- sangat kagum sama prinsip hidup yang diobral- obral temen gw itu. Menarik dan bijak sekali, kedengarannya. Tapi, saat sekarang ini di inget-inget lagi, gw sendiri mikir apa bener kalo kita hidup selamanya harus ngalir?? Apa iya kita nggak bisa menetapkan jati diri kita yang sesungguhnya, atau berubah- ubah terus?

Bukankah disatu titik kita harus berhenti, dan lalu kalo bisa menancapkan tanda keberadaan kita? Tanda bahwa kita pernah hidup, dan menjadi berarti.

Udah begitu banyak contoh yang disajikan disekeliling kita. Begitu banyak penyimpangan yang terjadi selama ini yang diakibatkan sama ketidakmampuan kita menentukan posisi. Liat aja kasus lumpur Lapindo yang nggak kelar- kelar karena nggak ada sikap yang jelas. Juga soal ekspor Asap yang membuat tanah air tercinta ini diketawain sekaligus di caci sama Negara tetangga. Nggak ada sikap yang jelas dari pertama untuk menanggulangi masalahnya.

Hhmm, mungkin gw agak ngelantur dengan dua contoh itu. Tapi intinya, kalo aja ada seorang pengambil keputusan yang berani melawan arus (ya! Melawan. Bukan ngalir ikut arus!), dan berinisiatif untuk menyelesaikan kasus- kasus konyol tapi menyedihkan itu, mungkin jadinya nggak separah sampai sekarang ini.

Sama juga dengan beberapa kasus megakorupsi yang sempet booming. Atau soal kasus mafia pajak yang juga sempet heboh beberapa waktu lalu. Pengen aman dan nyaman, buat apa diributin adanya penggelapan, suap itu? Toh selalu ada jatah yang masuk kantong. Berhubung hal ini sudah menahun, apa yang harusnya penyimpangan, jadi satu hal yang wajar. Kayak sebuah iklan rokok bilang, jalan pintas dianggap pantas.

Dan, gw percaya betul bahwa semua itu bermula awalnya dari prinsip mengalir seperti air yang diterjemahkan secara SALAH oleh para oknum itu. Jujur, kalo udah begini, daripada go with the flow, gw mendingan bergulir menggelinding seperti batu ! (Kid- oest News).