Michael Jordan

Mimpi Untuk Hidup.
Siapa sangka Michael Jordan pernah diskors di sekolah???
Siapa yang tau juga kalo dia sempet “dilewatin” sama pelatih basketnya gara- gara kurang tinggi???
Ya. Percaya atau nggak, kebanyakan orang yang kita kenal sekarang hebat itu dulunya pernah mengalami masa – masa sulit. Yang ngebedain adalah, mereka nggak lantas menyerah dengan segala keterbatasan dan hambatan yang ada di masa- masa sulit macam itu.





SEMANGAT
Michael Jordan bisa di jadiin contoh. Cowok kelahiran Brooklyn, New York tahun 1963 ini tumbuh di keluarga yang sangat menghargai kerja keras dan ketekunan untuk mencapai hasil yang di inginkan.
Jordan pun jadi rajin ngejalanin hobi olahraganya. Ya, sedari kecil, pebasket plontos yang terkenal banget saat menjadi point guard Chicago Bulls itu, emang udah gila olahraga. Segala macam olahraga populer di amrik sempet di cobain.
Awalnya Jordan menekuni Bisbol. Posisinya waktu itu adalah pitcher. Saat masih main di Little League, dia pernah mencetak rekor 2 kali no-hitters alias nggak ada satu pun bola lemparannya di pukul lawan.

Ini membuat Jordan makin menekuni Bisbol. Memasuki SMP, ketertarikan Jordan pada olahraga makin menjadi. Nggak hanya Bisbol, dia sempat menjajal American football, dan tentunya Basket. Jiwanya makin kompetitif.
Dia pernah berkata “saya nggak suka kekalahan. Dan di lain sisi, saya juga suka sama tantangan!”. Semakin gede tantangan yang di hadapi, biasanya dia akan bekerja atau berlatih makin keras. Semangat ini di pahami oleh kedua orang tuanya. Untuk menyeimbangkan sekaligus memberi dukungan. Orang tua Jordan hampir setiap waktu datang ke semua pertandingan anaknya. Nggak peduli hasilnya menang atau kalah, mereka selalu ngasih support buat Jordan.
Hal itu berlanjut, ketika Jordan udah memilih basket sebagai cabang olahraga utama yang di sukainya. Persisnya ketika dia masih duduk di bangku SMA. Walaupun masih sering berlatih Bisbol dan Football. Dia ingin banget masuk tim basket sekolahnya. Kepilih sih, tapi bukan jadi pemain. Melainkan jadi manajer pemain cadangan. Karena postur tubuhnya kurang tinggi untuk seorang pemain basket. Begitulah, selama turnamen berlangsung Jordan Cuma bisa duduk di pinggir lapangan, melihat teman – temannya main. Sembari ngebagiin handuk.

Di situ dia bertekad, gimanapun caranya dia harus masuk dalam daftar pemain di turnamen berikut. Mulai deh Jordan berlatih gila- gilaan. Nggak hanya buat ningkatin skill basket, tapi juga untuk menambah tinggi badannya. Dia pun sering membolos dan menghabiskan waktu di gym. Sampe –sampe dia kena skors dari sekolah.


BASKET DAN BASKET

Nurut sama bokapnya, Jordan beneran nggak bolos lagi. Sebaliknya dia pun makin serius belajar. Dan basket nggak lantas di abaikan. Untuk bisa mencapai hasil yang maksimal di basket dan sekaligus nuntasin rasa penasarannya gara –gara nggak masuk tim, Jordan rela ngelupain dua cabang lain yang tadinya di ikuti, Bisbol dan Football.
Setiap pulang sekolah, dia terus berlatih. Sesampainya di rumah, latihan tetap jadi jadwal harian. Nggak heran pertumbuhan badannya pun ikut terdongkrak. Dalam waktu relative singkat, badannya udah lebih tinggi dari teman –teman seumurannya. Bahkan saat menjelang musim turnamen basket, Jordan menigkatkan lagi jadwal latihannya menjadi rangkap dua. Jadi setelah kelar latihan sama tim, dia menggelar latihan sendiri dengan durasi yang sama.
Hasilnya???

Nggak hanya dia kepilih jadi salah satu starter timnya. Kepiawaiannya pun selalu jadi andalan. Gimana nggak. Saat udah jadi senior di SMA, dia selalu jadi penyumbang point terbanyak dalam tiap pertandingan. Kalo dirata –rata, dia mampu mencetak satu point tiap menit! Gokil!!
Untuk urusan sekolah, gara –gara dia nggak bolos, Jordan lulus dengan angka memuaskan di tahun 1981. Begitu lulus Jordan masuk ke University of North Carolina. Nggak beda jauh sama di SMA, dia langsung masuk tim basket di situ. Berkat kerja kerasnya di situ juga, tim nya bisa jadi jawara NCAA. Foto Jordan lagi shoot dan menghasilkan poin kemenangan di detik terakhir langsung menghiasi berbagai Koran dan majalah.

Tahun 1984, Jordan memutuskan untuk bergabung dengan Chicago Bulls. Dan selama berkarir disana, dia berhasil membawa Bulls menjadi jawara NBA sebanyak 6 kali. Jordan juga dikenal sebagai salah satu pemain yang bikin amerika mampu meraih medali emas basket di Olimpiade. Persisnya di Olimpiade tahun 1992. (kid-oest News : dari berbagai sumber)

SIR ALEX FERGUSON

Suhu Para Setan Merah
Dua puluh tiga tahun berkarir, belasan gelar di raih
.
Bicara klub sepak bola paling berprestasi dasawarsa ini di dunia, menyebut nama Manchester United adalah sebuah kepastian. Klub berjuluk Setan Merah itu benar- benar perkasa dalam 20 tahun terakhir bukan Cuma di liga premier inggris tapi juga di eropa.]
Padahal kalo ngomong liga inggris, nama Liverpool FC yang paling harum. Penguasa daratan inggris dan juga eropa sejak lama. Tapi semua peruntungan itu semua berbalik arah. Semua bermulai ketika seorang skotlandia bernama Alex Ferguson hadir di Manchester.

Cowok kelahiran Glasgow, Skotlandia 31 desember 1941 itu datang ke M.U sejak 1986 setelah sukses menangani Arbedeen di liga Skotlandia. Waktu itu posisi Ron Atkinson dipertengahan musim 1986/87 di gantikan Ferguson. Tugas pertamanya adalah mengangkat M.U dari zona Degradasi. Dan ternyata sukses.
Meski belum bagus- bagus amat, di masa awal kedatangannya dianggap lumayan. Musuh bebuyutan Liverpool ini mampu finish di urutan Runner Up pada musi 1986/87, tapi musim berikutnya turun ke peringkat sebelas.
Bahkan pada pertengahan musim 1989/90, M.U terpuruk di papan bawah. Nggak heran isu pemecatan si Raja di siplin ini mulai terdengar. Nasibnya di tentukan di pertandingan babak ke 3 piala FA melawan Nottingham Forest. Kalo kalah goodbye Mr. Alex. Beruntung M.U menang dan terus melaju hingga final. Bahkan akhirnya menjuarai piala FA tahun 1990 setelah mengalahkan Crystal Palace, yang menjadi gelar pertama Fergie bersama United. Gelar ini sekaligus menyelamatkan karir Fergie di Old Trafford.


AWAL TAHUN 90-an
Tampil sebagai juara di ajang piala FA tahun 1990 benar- benar mendongkrak popularitas orang skotlandia ini. Bahkan sejak itu banyak harapan ditebarkan pendukung M.U dan managemen Club. Bahkan dia dianggap sebagai peletak fondasi era baru kejayaan M.U di dekade 90-an. Dengan tangan dinginnya , fergie membawa piala Winners tahun 1991 dan piala liga tahun 1992 ke Old Trafford.
Tapi yang paling fenomenal tentu aja terpenuhi rasa haus akan gelar Liga Premier yang tak pernah datang ke Old Trafford selama 26 tahun terakhir. Musim 1992/1993 M.U untuk pertama kalinya sejak tahun 1967 menjadi Champions inggris. Sejak saat itu , M.U mulai unjuk gigi dan menancapkan dominasi di kompetisi domestic. Bahkan di tahun 1994, Ferguson mempersembahkan Double Winner pertama : Premiership dan piala FA.
Meski pandai mengatur strategi, ferguson juga nggak pandang bulu memilih pemain. Semua pemain dianggap sama di matanya. Meski pemain berstatus bintang, tapi sulit diatur, siap- siap aja di tendang.

Pada awal musim 1995/1996, fergie melakukan perombakan dengan menjual beberapa pemain bintang seperti Paul Ince, Mark Hughes, dan Andrei Kanchelskis. Fergie kemudian memperkenalkan nama David Beckham, Nicky Butt, Paul Scholes, dan Neville bersaudara, yang merupakan hasil didikan akademi M.U.
Pada bulan oktober tahun 1995, Eric Cantona kembali dari hukumannya dan memimpin pasukan muda Red Devils memenangkan gelar ganda di Premiership dan Piala FA. Ini adalah “Double” yang kedua untuk M.U, dan memjadikan klub inggris pertama yang mampu melakukan “Double” sebanyak dua kali. Pada tahun 1997 fergie memperoleh gelar juara liga yang keempatnya selama berkarir di Old Trafford.


TREBLE WINNERS
Musim 1998/99 menjadi musim yang hebat bagi fergie. Dengan pasukan mudanya (yang di juluki fergie babes), M.U meraih tiga gelar juara sekaligus dalam satu musim. Juara Premiership, juara Piala FA dan juara Liga Champions. Karena kesuksesan ini, fergie mendapat gelar Sir dari kerajaan inggris mengikuti jejak manager legendaries United sebelumnya, Sir Matt Busby. Sir Alex Ferguson disebut sebagai tokoh utama di balik kesuksesan M.U pada dekade 90-an dan puncaknya adalah pencapaian Treble Winners pada tahun 1999.


FERGIE di Tahun 2000- sekarang
Setelah kesuksesan yang luar biasa pada musim 1998/99, fergie masih membawa M.U pada jalurnya sebagai team papan atas di inggris di Eropa. Red Devils menjuarai Liga Premier pada tahun 2000, 2001,2003.
Namun fergie harus berhadapan dengan situasi sulit. Pada tahun 2004,2005,2006 United gagal dalam mempertahankan mahkota Premiership. Fergie menyebut periode ini sebagai masa transisi. Peforma united dianggap semakin menurun dan sedikit demi sedikit, skuad united mengalami perombakan. Pada musim 2005/2006 M.U “hanya” berprestasi di piala Liga. Tapi pelatih temperamental ini belum menyerah. Sir Alex Ferguson masih percaya bahwa M.U masih mampu berprestasi di tangannya, ternyata berhasil, hingga bisa meraih Tropy Liga Champions pada musim 2008.dan hingga musim 2009/2010 dia masih terus bertahan.

Gaya kepelatihan pelatih bergelar Sir ini memang di kenal keras dan banyak memakan korban bintang- bintang besar. Mark Hughes, mega bintang David Beckham hingga Ruud Van Nistelrooy termasuk yang nggak tahan untuk terus bertahan.
Pada 6 November 2009, tepat 23 tahun sudah Sir Alex Ferguson menangani Manchester United. Kini dia bisa di sejajarkan dengan Sir Matt Busby, manager Legendaris Manchester United.
Nggak tau, bagaimana langkah fergie bareng pasukan Setan Merah selanjutnya. Yang jelas banyak yang berpendapat, selama Fergie masih menjadi suhu para setan merah, M.U bakal terus bersinar. Kita liat aja hasilnya!! (kid-oest news : dari beberapa sumber)